Rabu, 17 Oktober 2012

Touring at Jawa Timur

Diposting oleh Neng Rumz di 18.05 0 komentar
Touring Bromo N BNS 9 Desember 2011...

Temen-Temen
with temen-temen
at Gunung Bromo
masihh di Bromo

Kudane ikutan foto :D
Me n Datik
Nggaya Sek :D
BNS













Minggu, 14 Oktober 2012

Tutorial Hijab 2012

Diposting oleh Neng Rumz di 18.42 0 komentar
Sobat...ternyata gak selamanya pake jilbab itu gak modis. malah jadi lebih modis. selain bisa nutup aurat, juga bisa membuat kita jadi lebih PD. berikut ku sajiin beberapa panduan berhijab supaya kita bisa tampil lebih bergaya lagi. ukey ^^

Tutorial
Syfon

Syfon



Sabtu, 13 Oktober 2012

At Kost Diny...

Diposting oleh Neng Rumz di 18.17 0 komentar

Me
Pulang kuliah bukannya langsung pulang tapi mampir dulu kekost Diny...buat sekedar iseng eh jadinya malah narsong-narsong disana...hoho
Imutt bangetttt :D
Entah kenapa aku sekarang jadi suka ma gaya ini. sedikit 4L4Y mungkin hehehe :D
Me N Deny "jrenk"
Foto diatas adalah hasil make over Diny... tek cuu yaa jadi lebih cantik neuu :-*
Mikirin PiiPoo :D










Kucingku Hiperaktif..

Diposting oleh Neng Rumz di 18.14 0 komentar
Beberapa tingkah kucing ku... kenalin namanya Aung.. aku nemu dia di depan rumah. dia kucing tetangga namun diusir dari rumah dan transmigrasi ke rumah ku...
dan ini tingkah-tingkahnya yang gemezzzzzzzzzzzzzzzzzzzzzin bangeeetttt..


Nyelip di tas
Lontongggggggggggg eh tolongg dink

Dia emang suka nyoba hal-hal yang baru. salah satunya yaaa itu... mungkin dia pengen ngrasain gimana caranya gendong tas. dia pengen ikut-ikut an majikannya mungkin hehe..

Bobok dulu akhhh...
Pengen naik motor

Jangan minta fotooo aku maluuu :D
Sepertinya lemari tv majikanku enak deh hehe

Hmm gimana gemesin kan???????????? Pastinya donk... ^^

                       












Kamis, 11 Oktober 2012

RMK Teori Akuntansi

Diposting oleh Neng Rumz di 08.38 0 komentar

KEBIJAKAN AKUNTANSI
Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Beberapa jenis kebijakan akuntansi dapat digunakan untuk subjek yang sama. Pertimbangan dan atau pemilihan perlu disesuaikan dengan kondisi perusahaan. Sasaran pilihan kebijakan yang paling tepat akan menggambarkan realitas ekonomi perusahaan secara tepat dalam bentuk keadaan keuangan dan hasil operasi.
Pengertian kebijakan akuntansi menurut beberapa ahli :
1.   Elden S Hendriksen diterjemahkan oleh Marianus Sinaga (1996:109) mengatakan bahwa : “Kebijakan akuntansi adalah proses pemilihan metode pelaporan, alternatif, sistem pengukuran dan teknik pengungkapan tertentu diantara semua yang mungkin tersedia untuk pelaporan keuangan oleh suatu perusahaan”.
2.   Kebijakan akuntansi menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002:1) adalah : “Kebijakan akuntansi meliputi pilihan prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang digunakan manajemen untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan”.
3.   Kebijakan akuntansi menurut PSAK 25 adalah prinsip, dasar, konvensi, peraturan dan praktik tertentu yang diterapkan entitas dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
4.   Pengertian kebijakan akuntansi secara umum, Kebijakan akuntansi merupakan kebijakan yang dirumuskan oleh badan pemerintah, yaitu Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Keuangan yang bekerjasama dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang memberikan cara dalam hal mengatur aktivitasaktivitas ekonomi, khususnya mengenai informasi keuangan.
Peranan kebijakan akuntansi
Kebijakan akuntansi berperan dalam membantu organisasi perusahaan industri dalam menjalankan kegiatannya, yaitu mencapai tujuan perusahaan dengan memperoleh pendapatan yang optimal guna kelangsungan hidup perusahaan.
Tujuan kebijakan akuntansi
1.   Tujuan  umum  kebijakan akuntansi adalah mengatur penyusunan dan penyajian  laporan keuangan pemerintah daerah untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antar periode. 
2.   Tujuan khusus kebijakan akuntansi adalah memberikan acuan bagi:
a)   Penyusun laporan keuangan dalam menyelesaikan permasalahan akuntansi  yang belum diatur dalam standar;
b)   Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan  disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan;
c)   Pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi.
Faktor-faktor lainnya yang harus dipertimbangkan dalam bentuk kerangka kebijakan akuntansi hanyalah salah satu informasi keuangan bagi individu. Keputusan mengenai kebijakan akuntansi harus mempertimbangkan sumber-sumber alternatif diluar akuntansi yang menyajikan informasi yang tersedia secara lebih efisien dan dengan biaya yang lebih rendah bagi perusahaan dan investor. Secara singkat tujuan kebijakan akuntansi berfokus pada para pemakai informasi keuangan.
Akan tetapi hal ini hanya mungkin dilakukan melalui cara umum dengan menggunakan cara parsial dari teori - teori induktif deduktif atau dari analisa penelitian dalam bentuk pemrosesan informasi individu. Kesulitannya adalah bahwa pendapatan individu, badan (perusahaan) dan kelompok tidak dapat dikombinasikan untuk membentuk suatu pendapatan secara keseluruhan yang unik. Alternatifnya adalah memfokuskan tujuan kebijakan akuntansi pada konsekuensi yang menguntungkan dan merugikan ini bukanlah hal yang mudah, tetapi paling tidak penyeimbang. Ini menetapkan tujuan yang benar bagi penetapan kebijakan akuntansi.
Kebijakan akuntansi dibuat untuk memastikan bahwa laporan keuangan menyajikan informasi:
a)      Relevan terhadap kebutuhan para pengguna laporan untuk pengambilan keputusan; dan
b)      Dapat diandalkan, dengan pengertian:
1.      mencerminkan kejujuran penyajian hasil dan posisi keuangan organisasi;
2.      menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya;
3.      netral yaitu bebas dari berpihakan;
4.      mencerminkan kehati-hatian; dan
5.      mencakup semua hal yang material.

Pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi
Tiga pertimbangan pemilihan untuk penerapan kebijakan akuntansi yang paling tepat dan penyiapan laporan keuangan oleh manajemen:
1.      Pertimbangan Sehat
Ketidakpastian melingkupi banyak transaksi. Hal tersebut harusnya diakui dalam penyusunan laporan keuangan. Sikap hati-hati tidak membenarkan penciptaan cadangan rahasia atau disembunyikan.
2.      Substansi Mengungguli Bentuk
Transaksi dan kejadian lain harus dipertanggungjawabkan dan disajikan sesuai dengan hakekat transaksi dan realitas kejadian, tidak semata-mata mengacu bentuk hukum transaksi atau kejadian.
3.      Materialitas
Laporan keuangan harus mengungkapkan semua komponen yang cukup material yang mempengaruhi evaluasi atau keputusan-keputusan.
Laporan keuangan harus jelas dan dapat dimengerti, berdasar pada kebijakan akuntansi yang berbeda di antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain, dalam satu negara maupun antar negara. Pengungkapan kebijakan akuntansi dalam laporan keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan tersebut dapat dimengerti. Pengungkapan kebijakan tersebut merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan. Pengungkapan hal ini sangat membantu pemakai laporan keuangan, karena kadang-kadang perlakuan yang tidak tepat atau salah digunakan untuk suatu komponen neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, atau laporan lainnya terbias dari pengungkapan kebijakan terpilih.
Keanekaragaman Kebijakan Akuntansi dan Pengungkapannya
Tugas interpretasi laporan keuangan sulit dilaksanakan jika menggunakan berbagai kebijakan beberapa bidang (akuntansi keuangan, akuntansi manajemen, dan lain-lain) atau wilayah akuntansi yang berbeda (wilayah akuntansi per negara, kumpulan negara dan lain-lain).
Di dunia belum ada sebuah daftar tunggal kebijakan akuntansi dapat digunakan bersama-sama, sehingga para pemakai dapat memilih dari daftar tunggal itu, sehingga perbedaan pilihan kebijakan berdasar pertimbangan kejadian, syarat dan kondisi yang serupa.
Contoh berikut adalah bidang yang menimbulkan perbedaan kebijakan akuntansi dan karena itu diperlukan pengungkapan atas perlakuan akuntansi terpilih:
a)      Umum
ü  Kebijakan konsolidasi
ü  Konversi atau penjabaran mata uang asing meliputi pengakuan keuntungan dan kerugian pertukaran
ü  Kebijakan penilaian menyeluruh seperti harga perolehan, daya beli umum, nilai penggantian
ü  Peristiwa setelah tanggal neraca
ü  Sewa guna usaha, sewa beli atau transaksi cicilan dan bung
ü  Pajak
ü  Kontrak jangka panjang
ü  Franchise atau waralaba

b)      Aktiva
ü  Piutang
ü  Persediaan (persediaan dan barang dalam proses) dan beban pokok penjualannya
ü  Aktiva dapat disusutkan dan penyusutan
ü  Tanaman belum menghasilkan
ü  Tanah yang dimiliki untuk pembangunan dan biaya pembangunan
ü  Investasi pada anak perusahaan, investasi dalam perusahaan asosiasi dan investasi lain
ü  Penelitian dan pengembangan
ü  Paten dan merek dagang
ü  Goodwill
c)      Kewajiban dan Penyisihan
ü  Jaminan
ü  Komitmen dan kontinjensi
ü  Biaya pensiun dan tunjangan hari tua
ü  Pesangon dan uang penggantian
d)     Keuntungan dan kerugian
ü  Metode pengakuan pendapatan
ü  Pemeliharaan, reparasi-perbaikan (repairs), dan penyempurnaan–penambahan (improvement)
ü  Untung-rugi penjualan aktiva
ü  Akuntansi Dana, wajib atau tak wajib, termasuk pembebanan dan pengkreditan langsung ke perkiraan surplus
Kebijakan akuntansi dewasa ini tidak secara teratur dan tidak secara penuh diungkapkan dalam semua laporan keuangan. Perbedaan besar masih terjadi dalam bentuk, kejelasan dan kelengkapan pengungkapan yang ada dalam suatu negara maupun antar negara atas kebijakan akuntansi harus diungkapkan. Dalam sebuah laporan keuangan, beberapa kebijakan akuntansi yang penting telah diungkapkan sementara kebijakan akuntansi yang penting lain tidak diungkapkan.
Bahkan pada negara-negara yang mewajibkan pengungkapan atas kebijakan akuntansi penting, tak selalu tersedia pedoman yang menjamin keseragaman metode pengungkapan. Pertumbuhan perusahaan multinasional dan pertumbuhan teknologi keuangan internasional telah memperbesar kebutuhan keseragaman laporan keuangan melewati batas negara.
Laporan keuangan seharusnya menunjukkan hubungan angka-angka dengan periode sebelumnya. Jika perubahan kebijakan akuntansi berpengaruh material, perubahan kebijakan perlu diungkapkan, dampak perubahan secara kuantitatif harus dilaporkan.
Perubahan kebijakan akuntansi yang tidak mempunyai pengaruh material dalam tahun perubahan juga harus diungkapkan jika berpengaruh secara material terhadap tahun-tahun yang akan datang.
Perubahan Kebijakan Akuntansi
Perubahan kebijakan akuntansi terjadi jika terdapat perubahan pada salah satu komponen berikut:
1. kriteria pengakuan,
2. dasar pengukuran, dan
3. metode penyajian.
Jika tidak satupun dari komponen di atas yang berubah, maka perubahan tersebut dikategorikan sebagai perubahan estimasi.
Dalam rangka mencapai konsistensi dalam  kebijakan akuntansi, perubahan kebijakan  akuntansi pada dasarnya tidak diperkenankan,  kecuali :
1. Dipersyaratkan oleh suatu PSAK (mandatory); atau
2. Menghasilkan laporan keuangan yang memberikan  informasi yang andal dan lebih relevan tentang dampak  transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya terhadap posisi  keuangan, kinerja keuangan atau arus kas entitas. (voluntary)

Berikut ini bukan merupakan perubahan kebijakan akuntansi:
1.  Penerapan suatu kebijakan akuntansi untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya yang berbeda secara substansi daripada yang terjadi sebelumnya; dan
2.  Penerapan suatu kebijakan akuntansi baru untuk transaksi, peristiwa atau kondisi lainnya yang tidak pernah terjadi sebelumnya atau tidak material.

Kebijakan Akuntansi :
a.    Dasar Penyusunan dan Pengukuran Laporan Keuangan Konsolidasi

 Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansiyang berlaku umum di Indonesia, yakni Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan danPeraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) (sekarang Bapepam dan LK)Dasar pengukuran laporan keuangan konsolidasi ini adalah konsep biaya perolehan (historicalcost), kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain, sebagaimanadiuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut, antara lain persediaanyang dinyatakan sebesar nilai uang lebih rendah antara biaya perolehan atau nilai realisasibersih (the lower of cost or net realizable value). Laporan keuangan konsolidasi ini disusundengan metode akrual, kecuali laporan arus kas.Laporan arus kas konsolidasi disusun dengan menggunakan metode langsung denganmengelompokkan arus kas dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasiadalah mata uang Rupiah (Rp).

b. Prinsip Konsolidasi
 Laporan keuangan konsolidasi meliputi laporan keuangan Perusahaan dan anak perusahaanyang dikendalikannya, dimana Perusahaan memiliki lebih dari 50 %, baik langsung maupuntidak langsung, hak suara di anak perusahaan dan dapat menentukan kebijakan keuangan danoperasi dari anak perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas anak perusahaantersebut. Sebuah anak perusahaan tidak dikonsolidasikan apabila sifat pengendaliannyaadalah sementara karena anak perusahaan tersebut diperoleh dengan tujuan akan dijualkembali dalam waktu dekat; atau jika ada pembatasan jangka panjang yang mempengaruhikemampuan anak perusahaan untuk memindahkan dananya ke Perusahaan.Saldo atas transaksi termasuk keuntungan atau kerugian yang belu direalisasi atas transaksiantar perusahaan dieliminasi untuk mencerminkan posisi keuangan dan hasil usahaPerusahaan dan anak perusahaan sebagai satu kesatuan usaha.Laporan keuangan konsolidasi disusun dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang samauntuk peristiwa dan transaksi sejenis dalam kondisi yang sama.
c. Transaksi dan Penjabaran Laporan Keuangan Dalam Mata Uang Asing
 Pembukuan Perusahaan dan anak perusahaan, kecuali  Mayora Nederland B.V diselenggarakan dalam mata uang Rupiah. Transaksi-transaksi selama tahun berjalan dalammata uang asing dicatat dengan kurs yang berlaku pada saat terjadinya transaksi. Pada tanggalneraca, aktiva dan kewajiban moneter dalam mata uang asing disesuaikan untuk mencerminkan kurs yang berlaku pada tanggal tersebut. Keuntungan dan kerugian kurs yangtimbul dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi konsolidasi tahun yangbersangkutan.
d. Transaksi Hubungan Istimewa
 Pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa adalah:
1.Perusahaan yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan atau dikendalikanoleh atau berada dibawah pengendalian bersama, dengan Perusahaan (termasuk holding companies, subsidiaries, dan fellow subsidiaries)
2.Perusahaan asosiasi
3.Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di perusahaan pelapor yang berpengaruh secara signifikan, dananggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksudkan dengan keluargadekat adalah mereka yang dapat diharapaka mempengaruhi atau dipengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan perusahaan pelapor);
4.Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempengaruhi wewenang dan tanggungjawab untuk merencanakan, memimpin, dan mengendalikan kegiatan Perusahaan yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manager dari Perusahaan serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan
5.Perusahaan dimana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (3) atau (4), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atasperusahaan tersebut
e. Pajak Penghasilan
 Pajak tangguhan diukur dengan menggunakan tarif pajak yang berlaku atau secara substansialtelah berlaku pada tanggal neraca. Pajak tangguhan dibebankan atau dikreditkan dalam laporan laba rugi, kecuali pajak tangguhan yang dibebankan atau dikreditkan langsung keekuitas.
f. Laba per Lembar
 Laba perlembar dasar dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang saham yang beredar pada tahun yang bersangkutan.
g. Informasi Segmen
 Informasi segmen disusun sesuai dengan kebijakan akuntansi yang dianut dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan konsolidasi. Bentuk primer pelaporan segmen adalah segmen usaha sedangkan segemen sekunder adalah segmen geografis.

Daftar Pustaka





Tugas Remidi Teori Akuntansi

Diposting oleh Neng Rumz di 08.32 0 komentar

TEORI AKUNTANSI POSITIF

Teori akuntansi positif (TAP) secara jelas dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman (1986). Teori ini berupaya untuk menjelaskan mengapa kebijakan akuntansi menjadi suatu masalah bagi perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan, dan untuk memprediksi kebijakan akuntansi yang hendak dipilih oleh perusahaan dalam kondisi tertentu. Teori ini didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan merupakan suatu ‘nexus of contracts’. Artinya, perusahaan merupakan suatu muara bagi berbagai kontrak yang datang padanya.
Misalnya, kontrak dengan karyawan (termasuk manajer), pemasok, dan dengan pemberi modal. Sebagai suatu kumpulan dari berbagai kontrak, secara rasional perusahaan ingin meminimalkan contracting cost yang berkaitan dengan kontrak-kontrak yang masuk padanya, seperti kos negosiasi, pemantauan kinerja kontrak, kemungkinan kebangkrutan atau kegagalan, dan lain-lain. Beberapa dari kontrak tersebut melibatkan variabel-variabel akuntansi, dan teori akuntansi positif berargumentasi bahwa perusahaan akan memanfaatkan kebijakan akuntansi guna meminimumkan contracting cost. Kondisi ini diperkuat dengan pemberian fleksibilitas oleh badan penetap standar kepada manajemen guna memilih dari seperangkat kebijakan akuntansi yang diperkenankan.
Perkembangan teori positif tidak dapat dilepaskan dari ketidakpuasan terhadap teori normatif (Watt & Zimmerman,1986). Terdapat tiga alasan mendasar terjadinya pergeseran pendekatan normatif ke positif :
a.       Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.
b.      Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
c.       Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien.
Aliran positif adalah perspektif yang dikenal luas oleh kalangan akademisi saat ini. Aliran ini pertama kali diperkenalkan di Universitas Chichago, kemudian meluas ke beberapa Universitas lainnya di Amerika Serikat seperti Rochester, Barkley, Stanford, UCLA, NY (Rasyid,1997). Teori akuntansi positif mempunyai suatu kepercayaan bahwa realita sosial berada secara independen dari manusia yang memiliki sifat atau esensi tersendiri. Hal ini mengakibatkan fenomena empiris terpisah dari penelitian. Dengan demikian validitas ilmiah dari dunia empiric diuji melalui observasi. Di dalam filsafat ilmu pengujian empiris ini dinyatakan dalam 2 cara (Chua,1986 dalam Imam,2000), yaitu :
a.       Dalam pandangan aliran positivis ada teori dan seperangkat pernyataan hasil observasi independen yang digunakan untuk membenarkan atau memverifikasi kebenaran teori.
b.      Dalam pandangan Popperian karena pernyataan hasil observasi merupakan teori dependent dan fallible, maka teori-teori ilmiah tidak dapat dibuktikan kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk ditolak (falsified).
Teori akuntansi positif menurut Scott (2000) berusaha untuk membuat prediksi yang baik sesuai dengan kejadian yang nyata. Lebih lanjut Godfrey et.al (1997) dalam Anis dan Imam (2003) menyatakan bahwa teori akuntansi positif berusaha menjawab antara lain pertanyaan berikut dari sudut pandang ekonomi. :
a.       Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh dalam pemilihan metode akuntansi alternatif ?
b.      Apakah biaya yang diperoleh sebanding dengan manfaat yang diperoleh dalam regulasi dan proses penentuan standar akuntansi ?
c.       Apa dampak laporan keuangan yang dipublikasikan pada harga saham ?
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas dikembangkan teori akuntansi positif yang dapat dikelompokkan menjadi dua tahap, yaitu (Godfrey et a1,1997 dalam Anis dan lmam,2003):
a.       Penelitian akuntansi dan perilaku pasar modal. Dalam tahap ini tidak dijelaskan tentang praktek akuntansi, tetapi dilakukan penelitian terhadap hubungan pengumuman laba dengan reaksi harga saham. Untuk melakukan penelitian dalam tahap ini digunakan Hipotesis Pasar Efisien (Efficiency Market Hyphothesis) (Scott,2000). Pasar modal efisien adalah pasar modal dimana harga surat-surat berharga yang diperdagangkn setiap waktu secara wajar dan merefleksikan semua informasi yang diketahui publik berkaitan dengan surat berharga dan Capital Asset Pricing Model (CA PM).
b.      Penelitian dalam tahap kedua dilakukan untuk menjelaskan dan memprediksi praktek akuntansi antar perusahaan yang difokuskan pada alasan oportunistik dalam hal perusahaan memilih metode akuntansi tertentu, atau pada alasan efisiensi yaitu metode akuntansi dipilih untuk mengurangi biaya kontrak antara perusahaan dengan stakeholdernya. Alasan pertama yaitu perspektif oportunistik disebut ex-post yaitu pemilihan metode akuntansi dilakukan sesudah diketahui faktanya. Alasan kedua yaitu perpektif efisiensi disebut ex ante karena pemilihan metode akuntansi dilakukan sebelumf aktanya diketahui. Penelitian dibidang ini menggunakan agency theory yang membahas tentang paradigm pengendalian (control).
Aliran positif beranggapan bahwa antara kekuasaan dan politik sebagai sesuatu yang tetap dan sistem sosial dalam organisasi terdiri dari fenomena empiris konkrit dan bebas nilai (tidak tergantung) pada manajer dan karyawan yang bekerja didalamnya (Machintosh,1994 dalam Nur Indriantoro,1999). Kemudian Positivist menganggap dirinya sebagai pengamat yang netral, obyektif dan bebas nilai dari fenomena akuntansi yang diamati (Nur Indriantoro,1999).
Teori akuntansi positif dibangun berdasarkan asumsi-asumsi tentang the nature of human society. Diasumsikan bahwa manusia selalu menentukan tujuan terlebih dahulu sebelum memilih untuk melakukan suatu aksi. Dalam hal ini manusia memiliki "a single superordinate goal" yaitu "utility maximization"' asumsi ini muncul dalam teori agensi akuntansi. Menurut teori ini seorang agen (manajer) akan selalu menyukai untuk bekerja sedikit dari pada banyak, sementara pemilik (principal) berharap memaksimumkan pengembalian investasinya.
Sistem ekonomi kapitalis merupakan landasan yang kuat untuk berkembangnya akuntansi positif. Rasyid (1997) menyatakan bahwa hubungan antara teori dan praktek dalam akuntansi positif dengan adanya suatu means-end dichotomy, yaitu keterpisahan antara dunia teori dan praktek. Asumsi ini akibat logis dari asumsi ontologis (asumsi tentang obyek penelitian) yaitu pertanyaan tentang keberadaan suatu obyek penelitian dan realita sosial. Peneliti harus dapat meyakinkan dirinya tentang keberadaan sesuatu yang sedang dipelajari atau diteliti, apakah real ita sosial yang akan diteliti merupakan suatu obyek yang konkrit atau merupakan suatu konsep (Gaffikin,1989,1998) implikasinya dalam dunia akuntansi adalah bahwa akuntansi dan akuntan menyediakan informasi seefisien dan seefektif mungkin, sementara bagaimana manajer menggunakannya tidaklah menjadi perhatian akuntan dan akuntansi.
. Pendekatan positif telah memberikan sumbangan yang berarti bagi pengembangan akuntansi menurut Watt Zimmerman (1986) :
a.       Menghasilkan pola sistematik dalam pilihan akuntansi dan memberikan penjelasan spesifik.
b.      Memberikan kerangka yang jelas dalam memahami akuntansi
c.       Menunjukkan peran utama contracting cost dalam teori akuntansi.
d.      Menjelaskan mengapa akuntansi digunakan dan memberikan kerangka dalam memprediksi pilihan akuntansi.
e.       Mendorong riset yang relevan dengan akuntansi dan menekankan pada prediksi serta penjelasan terhadap fenomena.

HIPOTESIS TEORI AKUNTANSI POSITIF
Hipotesis dalam teori akuntansi positif yang dirumuskan oleh Watt & Zimmerman (1986) dalam bentuk "oportunistik" yang sering diinterpretasikan, yaitu :
a.       Hipotesis rencana bonus (Plan Bonus Hypothesis), dalam ceteris paribus para manajer perusahaan dengan rencana bonus akan lebih memungkinkan untuk memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode sekarang atau dikenal dengan income smoothing. Dengan hipotesis tersebut apabila manajer dalam sistem penggajiannya sangat tergantung pada bonus akan cenderung untuk memilih metode akuntansi yang dapat memaksimalkan gajinya, misalnya dengan metode acrual.
b.      Hipotesis perjanjian hutang (Debt Convenat Hypothesis), dalam ceteris paribus manajer perusahaan yang mempunyai ratio leverage (debt/equity) yang besar akan lebih suka memilih prosedur akuntansi yang dapat menggantikan laporan earning untuk periode mendatang ke periode sekarang. Dengan memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan pengakuan laba untuk periode mendatang ke periode sekarang maka perusahaan akan mempunyai leverage ratio yang kecil, sehingga menurunkan kemungkinan default technic. Seperti diketahui bahwa banyak perjanjian hutang mensyaratkn peminjam.untuk mematuhi atau mempertahankan rasio hutang atas modal, modal kerja, ekuitas pemegang saham dll. Selama masa perjanjian, jika perjanjian tersebut dilanggar perjanjian hutang mungkin memberikan penalti, seperti kendala dalam deviden atau pinjaman tambahan.
c.       Hipotesis biaya proses politik (Politic Process Hypothesis), dalam ceteris paribus semakin besar biaya politik perusahaan, semakin mungkin manajer perusahaan untuk memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan laporan earning periode sekarang ke periode mendatang. Hipotesis ini berdasarkan asumsi bahwa perusahaan yang biaya politiknya besar lebih sensitif dalam hubungannya untuk mentransfer kemakmuran yang mungkin lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang biaya politiknya kecil dengan kata lain perusahaan besar cenderung lebih suka menurunkan atau mengurangi laba yang dilaporkan dibandingkan perusahaan kecil.

RISET YANG MENDUKUNG TEORI AKUNTANSI POSITIF
Banyak iieriset yang telah membuktikan ketiga hipotesis yang dikemukakan oleh Watt & Zimmerman , adapun periset-periset tersebut adalah Scott (2000):
a.       Healy,1985 dengan hipotesis perencanaan bonus, yang menghasilkan bukti para manajer yang mendasarkan bonusnya pada income netto dilaporkan secara sistematis menggunakan kebijakan akuntansi accrual untuk pelaporan pendapatannya sehingga dapat memaksimalkan bonus.
b.      Sweeney,1994 dengan hipotesis perjanjian hutang, dihasilkan bukti bahwa perusahaan sering melanggar perjanjian hutang dalam bentuk pemeliharaan modal kerja dan ekuitas pemegang saham.
c.       Jones,1991 mengkaji perubahan perusahaan untuk menurunkan income netto yang dilaporkan untuk keringanan impor. Pemberian keringan impor pada perusahaan tidak adil karena dipengaruhi oleh kompetisi asing, sebagian merupakan keputusan politik..
d.      Lev (1979) dalam hipotesis bonus-debt convenant adanya kecenderungan manajer menjadi opportunistik dengan menyelamatkan bonus dan mengabaikan perubahan debt convenant ketika effisiensi pasar yang diharapkan bereaksi negatif.

RISET YANG MENGKRITIK TEORI AKUNTANSI POSITIF
Sejak tahun 1982 banyak artikel yang mengkritik dan mengevaluasi teori akuntansi positif yang telah dipublikasikan. Dalam hal ini para kritikus biasanya dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu (Lawrence A B,1992):
1.      Kritik tentang teknik atau metode penelitian.
Dalam hal ini dinyatakan bahwa tulisan tentang akuntansi positif yang sudah disurvey gagal untuk mendiskripsikan model dari multi person/manusia secara keseluruhan sama untuk multi period/masa secara keseluruhan dan lemah dalam kedua strategi, yaitu : dalam pertimbangan dan pendekatan teori yang mungkin berguna dalam perkembangan teori formal. Masalah utama dengan semua kritik pada metodologi berdasarkan ilmu pengetahuan ekonomi adalah penggunaan ilmu-ilmu ekonomi neoklasik sebagai basis utama untuk memahami teori akuntansi.
Para ekonom telah lama mengetahui bahwa mudah bagi para pembuat keputusan untuk menggunakan harga-harga keseimbangan tetapi hanya jika ada alasan yang bagus untuk menganggap bahwa semua pasar adalah dalam keseimbangan. Pertanyaan yang terbuka adalah apakah maksudnya menggunakan harga-harga keseimbangan ketika tidak ada alasan yang mencukupi untuk menganggap bahwa semua pasar jelas. Kritik yang ada adalah bahwa pengujian pasar menyebabkan mereka hanya mempunyai pengaruh yang sedikit dalam riset akuntansi.
2.      Kritik tentang filosofi lebih banyak didasarkan pada penekanan bahwa Watts & Zimmerman memberi batasan positif/normatif.
Watts & Zimmerman tidak bersandar pada filsafat argumen-argumen ilmu pengetahuan lainnya dalam tulisan pertama mereka untuk mendukung metodologi yang sedang mereka kembangkan. Watt & Zimmerman menganggap bahwa social world dan strukturnya dapat dipandang secara terpisah dari individu yang dipelajarinya, hal ini tidak obyektif karena tidak mungkin peneliti terpisah dari obyek yang diteliti. Penelitian oleh Watt & Zimmerman sama dengan penelitian Chicago School Economist George Stigler dan Gary Becker (1977). Para peneliti menjelaskan fenomena konsekuensi dari memaksimumkan utility atau profit tidak langsung atau memaksimumkan kekayaan. Sementara mungkin dianggap sesuai/pantas oleh ekonom neoklasik yang beranggapan bahwa semua orang adalah pemaksimasi, juga sama pentingnya untuk mengakui adanya keberatan-keberatan terhadap asumsi seperti itu. 
3.      Kritik tentang penelitian akuntansi yang didasarkan ekonomi.
a. Metodologinya individu, digambarkan bahwa setiap fenomena sosial sebagai konsekuensi pembuatan keputusan oleh individu. Singkatnya individu membuat keputusan tetapi tidak melaksanakan. Ketika komite menyusun standar, direktur membuat keputusan, metodologi individu mengatakan bahwa itu keputusan group dengan penjelasan keputusan yang dibuat oleh masing-masing anggota dalam komite. Para ekonom telah lama menyadari bahwa adalah hal yang mudah (dan secara logis konsisten) bagi seorang pembuat keputusan untuk menggunakan tingkat harga-harga keseimbangan (equilibrium) tetapi hanya jika tersedia alasan yang bagus yang menganggap bahwa seluruh pasar berada pada kondisi keseimbangan. Ketika terjadi kontradiksi logis pada tingkat yang rendah dimana suatu pasar tidak bebas, permintaan menjadi tidak sama/sebanding dengan penawaran pada harga yang berlaku. Penggunaan harga ketidakseimbangan (disequilibrium) seperti itu akan membawa pada kesukaran-kesukaran matematis karena tidak semua pembeli (demanders) melakukan maksimisasi atau tidak semua pensuplai (suppliers) melakukan maksimisasi. Karena anggapan akan adanya maksimisasi universal menjadi inti pokok metodologi dart Watts & Zimmerman, maka tidak dimungkinkan bagi mereka untuk mempertimbangkan adanya kegagalan-kegagal an pasar atau situasi-situasi ketidakseimbangan lain apapun. Karena itu, Demski menyanggah analisis equilibrium untuk menyokong "konsepsi/gagasan mengenai perlaku (behavioral)". Sampai saat dimana secara eksplisit model-model telah dapat diciptakan dengan mengikutsertakan "konsepsi/gagasan mengenai peritaku" dalam berurusan dengan bagaimana para pembuat keputusan menanggapi ketidaksempurnaan keseimbangan tersebut. Model-model pada kondisi keseimbangan yang tidak sempurna tidak dapat dipertimbangkan sebagai dasar yang dapat diandalkan untuk menganggap adanya suatu harga keseimbangan yang stabil.
b. Pendekatan neokiasik dengan memakslmalkan hipotesisnya karena asumsi atau anggapan maksimallsasi adalah hanya salah satu dart banyak asumsi yang diperlukan dalam teori neokiasik, dlbawah klalm ini bahwa setlap individu membuat keputusan, subyeknya diberl batasan yang secara eksklusif memaksimalkan manfaat dart masing-masing personel. Dalam ekonomi neokiasik masalahnya adalah tidak pernah orang-orang benar-benar maksimal. Satu-satunya kritik yang mungkin adalah apakah ini dapat dilakukan dengan mudah. Ilmu ekonomi neokiasik secara menyedihkan lemah dalam soal dinamika (Demski,1988).

Daftar Pustaka

Ahmed Riahi Belkaoui,2000, Accounting Theory,Ed. Fourth, Thomson Learning.
Anis Chariri dan Imam Ghozali,2003,: Teori Akuntansi, BP Undip.
Arif Budiarto,1999, Teori akuntansi Dari Pendekatan Normatif ke Positif, Jurnal Bisnis danAkuntansi, Vol. 1 No.3, Desember, hal. 163-182.
Graffikin,MJR,1989, Accounting Methodology and the Work of RJ. Chambers, New York :
Garland Publishing Co.,1998, Legacy of the Golden Age, Recent Developments in the Methodology of Accounting, Abacus 24(1) hal 16-36.
Imam Ghozali,2000, Paradigma Penelitian Akuntansi, Seminar Dialog Nasional Akuntansi, November, Semarang
Lawrence Boland,1992, Critizing Positive Accounting Theory, Journal of Accounting
Research, Vol.9, no. I (fall), hal. 142-170
Nur Indriantoro,1999,Aliran-aliran Pemikiran Alternatif dalam Akuntansi, Jurnal Ekonomi
dan Bisnis Indonesia, Vol.14, No. 3, hal 101-105
Rasyid, I 997, Mengakarkan Akuntansi pada Bumi Sosio Kultural Indonesia: Perlunya Persektif Alternatif,Media Akuntansi, N0.23/Th.IV,hal 13-21.
Scott,2000,Financial Accounting Theory, Prentice hall Inc.
Watts and Zimmerman, 1986,Positive Accounting Theory, Prentice Hall., I 990, Positive Accounting Theory : Ten Year Perspective, Accounting Review, Vol. 65,January
 

Ayum ManiezZz Template by Ipietoon Blogger Template | Gift Idea