BAB
II
PEMBAHASAN
A. SEJARAH
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
a. Periode 1932 – 1959
Sceattler
menjelaskan bahwa konsep ilmu pengetahuan alam tentang teknologi instruksional
biasanya berarti penggunaan ilmu pengetahuan alam dan teknologi rekayasa,
seperti projektor, tape recorder, televisi dan teaching mekanik untuk menyajikan sekolompok materi instruksional, cirinya
adalah bahwa konsep ini memandang berbagai media sebagai pembantu untuk
mengajar dan berkecendrungan untu lebih memperhatikan alat dan prosedur dari
pada memperhatikan perbedaan individual siswa atau materi pelajaran.
b. Periode 1960 – 1969.
Beberapa
kejadian memberikan masukan terhadap prgeseran teoritis secara besar besaran
berkenan dengan teknologi intruksional pada akhir tahun 1950 dan awal 1960an,
terutama peritiwa peluncuran sputnik pada tahun 1957 yang mencengangkan dunia.
Akibat dari itu, terutama di Amerika, sekolah dikritik karena kegagalannya mengajarkan
science dan matematika dalam kapaitas
yang cukup.
Karena itu
tekanan lebih dialamatkan kepada teknologi instruksional, akibatnya terdapat
dua konstruk teoritis muncul secar bersamaan yang mempengaruhi lapangan
teknologi instruksional. Pertama yaitu pengaruh yang kuat dari aliran
behaviorisme terhadap semua pendekatan belajar dan yang kedua adalah pendekatan
sistem sistem yang datang dari teknik mesin dan teknologi. Gerakan yang berbeda
ini akhirnya melahirkan dan saling melengkapi yang disebut dengan Pengajaran
Terprogram. Gerakan kaum behavioris melahirkan pegembangan tujuan behavioral,
karena diperlukan perumusan tingkah laju lebih lanjut dalam merancang sebuah
proses pembelajaran.
c. Periode 1970 – 1983.
Mendekati akhir tahun
1970, muncul kembali pendekatan kognitif dalam pembelajaran. Banyak ahli
pikologi yang mengsulakan hal tersebut, salah satunya Wittrock.menurutnya
penekatan kognitif berimplikasi bahwa belajar dan pengajaran secara ilmiah akan
lebih produktif bila dipelajari sebagai sesuatu yang bersifat internal, yakni
suatu proses kognitif berperantara dari pada sebagai produk langsung dari
lingungan , orang atau faktor eksternal lainnya.
d. Periode 1983 – muthakir.
Pada masa ini berlangsung
kekacau balauan akibat pertengan dari landasan teoritik teknologi
instruksional. Perbedaan pendapat ini terutama dialamatkan kepada para perintis
audio Visual. Seperti Salomon, yang menganggap audio visual itu sebagai agen
informasi dan bukan sebagai stimulus yang langsung untuk respon tertentu. Lebih
lanjut mereka berpendapat bahwa media tidak lebih dari kendaraan yang menganku
para ahli ke konfrensi pemecahan masalah dan member sumbangan terhadappemahaman
para ahli tentang masalah tersebut.
Beberapa para ahli menyebutnya
demikian dan mereka menjelaskan perkembangan teknologi pembelajaran ke dalam
beberapa masa sejarah, diantaranya:
a.
Metode Kaum
Sofi.
Perkembangan dari berbagai
metoda pengajaran merupakan tanda lahirnya teknologi pengajaran yang dikenal
saat ini. Beberapa pendidik pada masa lampau, yaitu golongan Sofi di Yunani,
para ahli pendidikan memandang menduga kaum Sofi merupakan kaum teknologi
pengajaran yang pertama.
Mereka menyampaikan pelajaran
dengan berbagai cara dan teknik . mula mula mereka menyampaikan bahan pelajaran
yang telah disampaikan secara matang, kemudian mereka melanjutkan dengan
perdebatan yang dilakukan dengan secara bebas, pada saat itulah proses kegiatan
belajar itu berlangsung. Kemudian jika ada minat dari mayarakat untuk belajar,
akan dibuat kontrak dan untuk kemudian menjadi sistem tutor. Pandangan ajaran
kaum Sofi didasarkan atas :
Ü Bahwa manusia itu berkembang secara evolusi.
Seorang dapat berkembang dengan teratur tahap demi tahap menuju kepada
peradaban yang lebih tinggi. Melalui teknologilah permbeelajaran dapat
diarahkan secara efektif.
Ü Bahwa proses evaluasi itu berlagsung terus,
terutama aspk-aspek moral dan hukum.
Ü Sejarah dipandang sebagai gerak perkembangan yang
bersifat evousi berkelanjutan.
Ü Demokrasi dan persamaan sebagai sikap masyarakat
merupakan kaidah umum.
Ü Bahwa asas teori pengetahuan bersifat progresif,
pragmatis, empiris dan behavioristik.
b.
Metode
Socrates
Bentuk pengajaran lebih
ke dalam bentuk berfilsfat, metode yang dipakai disebut dengan Maieutik atau
menguraikan, yng sekarang dikenal dengan nama metode inkuiri. Pelaksanaanny
berlangung dengan cara take and give of conversation. Dengan cara memberikan
pertanyaan yang mengarah kepada suatu masalah tertentu. Pada dasarnya Socrates
mengajarkan tentang mencari pengertian, yaitu suatu bentuk tetap dari sesuatu.
c.
Metode
Abelard.
Metode Abelard ini
berlangsung pada masa pemerintahan Karel Agung di Eropa. Metode yang di pakai
bertujuan untuk membentuk kelmpok pro dan kontra terhadap suatu materi. Guru
tidak memberikan jawaban final tetapi siswalah yang akan menyimpulka jawaban
itu sendiri. Metoda ini biasa disebut dengan ‘ Sic et Non’ atau setuju atau
tidak.
d.
Metoda
Lancaster
Metode Lancerter ini
dalam bentuk sistem Monitoring yang merupakan bentuk pengajaran yang unik,
meliputi pengorganisasian kelas, materi pelajaran sesuai dengan rencanannya
yang meningkat dan dikelola secara ekonomis. Lancaster mempelajari konstruksi
kelas kusus yang dapat mendayagunakan secara efektif penggunaan media
pengajaran dan pengelompokan siswa. Dalam sistem pengajaran Lacaster, pemakaian
media pengajaran masih sederhana. Seperti penggunaan pasir dalam melatih siswa
menulis.
e.
Metoda
Pestalozi.
Pengamatan pada alam
merupakan landasan utama dari proses daktiknya. Pengetahuan bermula dari adanya
pengamatan dan pengamatan menimbulkan pengertian, selanjutnya pengertian yang
bari itu menimbulkan pengertian yang selanjutnya pengertiaan tersebut bergabung
dengan yang lama untuk menjadi sebuah pengetahuan. Dan dapat dikatakan bahwa
perintisan ke arah pendayagunaan perangkat keras ata hardware sebenarnya telah
dimulai pada masa Pestazoli ini.
f.
Metode
Froebel
Metode Froebel didasarkan
kepada metodologi dan pandangan filsafafnya yang intinya mengatakan bahwa
pendidkan masa kanak kanak merupakan hal paling penting untuk keseluruhan
kehidupnnya. Karena itulah Froebel mendikrikan Kindergarten atau yang lebih
dikenal dengan Taman Kanak-kanak. Metode pengajaran Kindergasten dari Froebel
meliputi kegiatan berikuti :
1)
Bermain dan
bernyanyi
2)
Membentuk
dengan melakukan kegiatan.
3)
Grift dan
Occupation.
g.
Metoda
Friedrich Herbart.
Praktek pendidikan
Herbert terlihat adanya pengaruh Freobert terutama pada aspek pengembangan
moral sebagai tujuan utama pendidikan. Metoda instruksionalnya didasarkan
kepada ilmu jiwa yang sistematis. Dengan demikian siswa secara pikologis
dibentuk oleh gagasan yang datang dari luar.
B. PENGERTIAN
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Kata
teknologi sering dipahami oleh orang awam sebagai sesuatu yang berupa mesin
atau hal-hal yang berkaitan dengan permesinan, namun sesungguhnya teknologi
pendidikan memiliki makna yang lebih luas, karena teknologi pendidikan
merupakan perpaduan dari unsur manusia, mesin, ide, prosedur, dan pengelolaannya
(Hoba, 1977) kemudian pengertian tersebut akan lebih jelas dengan pengertian
bahwa pada hakikatnya teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan
lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis (Galbraith, 1977).
Keberadaan
teknologi harus dimaknai sebagai upaya untuk meningkatkan efektivitas dan
efisiensi dan teknologi tidak dapat dipisahkan dari masalah, sebab teknologi
lahir dan dikembangkan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh
manusia. Berkaitan dengan hal tersebut, maka teknologi pendidikan juga dapat
dipandang sebagai suatu produk dan proses (Sadiman, 1993). Sebagai suatu produk
teknologi pendidikan mudah dipaham. Pengertian teknologi
pembelajaran menurut beberapa ahli sesuai dengan arah perkembangan teknologi
pembelajaran :
Menurut Silber 1970 “Teknologi Pembelajaran adalah pengembangan
(riset, desain, produksi, evaluasi, dukungan-pasokan, pemanfaatan) komponen
sistem pembelajaran (pesan, orang, bahan, peralatan, teknik dan latar) serta
pengelolaan usaha pengembangan (organisasi dan personal) secara sistematik,
dengan tujuan untuk memecahkan masalah belajar”.
Menurut
AECT 1994 “Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,
pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan
sumber untuk belajar.”
Beberapa
orang beranggapan bahwa pengertian teknologi pendidikan itu sama dengan
teknologi pembelajaran. Namun secara teoritis sebenarnya hal itu tidak benar. Persamaan
pendidikan dan pembelajaran adalah semua akan mencapai tujuan jika pembelajaran
bermakna dengan pengajaran yang tepat. Sebaliknya pendidikan tidak akan
mencapai tujuan jika pembelajaran tidak bermakna dengan pengajaran yang tidak
tepat. Karena tujuan utama teknologi pembelajaran dan teknologi pendidikan
adalah untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran dan
untuk meningkatkan kinerja.
C. KAWASAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Ada lima
domain atau bidang garapan teknologi pembelajaran atau teknologi instruksional
berlandaskan definisi AECT 1994,
yaitu desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan penilaian. Kelima hal
ini merupakan kawasan (domain) dari bidang teknologi pembelajaran.
1. Kawasan Desain
Yang
dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan kondisi belajar
dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain bermula
dari gerakan psikologi pembelajaran, terutama diilhami dari pemikiran B.F.
Skinner (1954) tentang teori pembelajaran berprogram (programmed instructions).
Selanjutnya, pada tahun 1969 dari pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang
preskriptif tentang desain turut memicu kajian tentang desain. Pendirian
pusat-pusat desain bahan pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning
Resource and Development Center” pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang
desain. Dalam kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, selaku
Direktur dari Learning Resource and Development Center tersebut menulis dan
berbicara tentang desain pembelajaran sebagai inti dari Teknologi Pendidikan.
Aplikasi
teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi pembelajaran
tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan sistem
pembelajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu metodologi dan
mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.
Perhatian
terhadap desain pesan pun berkembang selama akhir 1960-an dan pada awal
1970-an. Kolaborasi Robert Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan
keahlian psikologi pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem yang membuat
konsep desain pembelajaran menjadi semakin hidup.
Kawasan
Desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu
: (1) Desain Sistem Pembelajaran; (2) Desain Pesan; (3) Strategi Pembelajaran;
(4) Karakteristik Pembelajar.
Desain
Sistem Pembelajaran yaitu prosedur yang terorganisasi, meliputi :
langkah-langkah : (a) penganalisaan (proses perumusan apa yang akan
dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara mempelajarinya);
(c) pengembangan (proses penulisan dan pembuatan atau produksi bahan-bahan
pelajaran); (d) pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e)
penilaian (proses penentuan ketepatan pembelajaran).
Desain
Sistem Pembelajaran biasanya merupakan prosedur linier dan interaktif yang
menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar dapat berfungsi sebagai alat untuk
saling mengontrol, semua langkah –langkah tersebut harus tuntas.
Desain
Pesan yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi
komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip
perhatian, persepsi,dan daya tangkap. Fleming dan Levie membatasi pesan pada
pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat memodifikasi perilaku kognitif,
afektif dan psikomotor. Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti :
bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah.
Desain
harus bersifat spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya. Hal ini
mengandung makna bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda, bergantung
pada jenis medianya, apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi keduanya
(misalnya, suatu potret, film, atau grafik komputer) dan juga apakah tugas
belajarnya tentang pembentukan konsep, pengembangan sikap, pengembangan
keterampilan, strategi belajar atau hafalan.
Strategi
Pembelajaran yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa
belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran. Teori tentang strategi
pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen belajar/mengajar. Seorang
desainer menggunakan teori atau komponen strategi pembelajaran sebagai prinsip
teknologi pembelajaran. Dalam mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran
bergantung pada situasi belajar, sifat materi dan jenis belajar yang
dikehendaki.
Karakteristik
Pembelajar yaitu segi-segi latar belakang pengalaman pembelajar yang
mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya. Karaketeristik pembelajar
mencakup keadaan sosio-psiko-fisik pembelajar. Secara psikologis, yang perlu
mendapat perhatian dari karakteristik pembelajar yaitu berkaitan dengan dengan
kemampuannya (ability), baik yang bersifat potensial maupun kecakapan nyata dan
kepribadiannya, seperti, sikap, emosi, motivasi serta aspek-aspek kepribadian
lainnya.
2. Kawasan
Pengembangan
Kawasan
pengembangan berakar pada produksi media. Melalui proses yang bertahun-tahun
perubahan dalam kemampuan media ini berakibat pada perubahan kawasan. Walaupun
perkembangan buku teks dan alat bantu pembelajaran yang lain (teknologi cetak)
mendahului film, namun pemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan
audio-visual ke era Teknologi Pembelajaran sekarang ini.
Di dalam
kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan
teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya .
Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi karena : (1) pesan yang didorong
oleh isi; (2) strategi pembelajaran yang didorong oleh teori; dan (3)
manifestasi fisik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan
pembelajaran.
3. Kawasan
Pemanfaatan
Kawasan
pemanfaatan mungkin merupakan kawasan Teknologi Pembelajaran, mendahului
kawasan desain dan produksi media pembelajaran yang sistematis. Kawasan ini
berasal dari gerakan pendidikan visual pada dekade pertama abad ke 20, dengan
didirikannya museum-museum. Pada tahun-tahun awal abad ke-20, guru mulai
berupaya untuk menggunakan film teatrikal dan film singkat mengenai pokok-pokok
pembelajaran di kelas.
Pemanfaatan Media;
yaitu penggunaan yang sistematis dari sumber belajar. Proses pemanfaatan media
merupakan proses pengambilan keputusan berdasarkan pada spesifikasi desain
pembelajaran. Misalnya bagaimana suatu film diperkenalkan atau ditindaklanjuti
dan dipolakan sesuai dengan bentuk belajar yang diinginkan. Prinsip-prinsip
pemanfaatan juga dikaitkan dengan karakteristik pembelajar. Seseorang yang
belajar mungkin memerlukan bantuan keterampilan visual atau verbal agar dapat
menarik keuntungan dari praktek atau sumber belajar.
4. Kawasan Pengelolaan
Pengelolaan
meliputi pengendalian Teknologi Pembelajaran melalui: perencanaan,
pengorganisasian, pengkoordinasian dan supervisi. Kawasan pengelolaan bermula
dari administrasi pusat media, program media dan pelayanan media. Pembauran
perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan ahli media sekolah.
Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan non cetak
sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologikal dalam
kurikulum.
Dengan
semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang teknologi pembelajaran ini,
teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori pengelolaan
proyek mulai digunakan, khususnya dalam proyek desain pembelajaran. Teknik atau
cara pengelolaan proyek-proyek terus dikembangkan, dengan meminjam dari bidang
lain. Tiap perkembangan baru memerlukan caraa pengelolaan baru pula.
Pengelolaan
Proyek; meliputi : perencanaan, monitoring, dan pengendalian proyek desain dan
pengembangan. Pengelolaan proyek berbeda dengan pengelolaan tradisional (line
and staff management) karena : (a) staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim
untuk jangka pendek; (b) pengelola proyek biasanya tidak memiliki wewenang
jangka panjang atas orang karena sifat tugas mereka yang sementara, dan (c)
pengelola proyek memiliki kendali dan fleksibilitas yang lebis luas dari yang
biasa terdapat pada organisasi garis dan staf.
Para
pengelola proyek bertanggung jawab atas perencanaan, penjadwalan, dan
pengendalian fungsi desain pembelajaran atau jenis-jenis proyek yang lain.
Peran pengelola proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi ancaman
proyek dan memberi saran perubahan internal.
5. Kawasan Penilaian
Dalam
kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program, proyek,
produk. Penilaian program-evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang memberikan
pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam penyusunan
kurikulum. Sebagai contoh misalnya penilaian untuk program membaca dalam suatu
wilayah persekolahan, program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau
suatu program pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas.
Penilaian
proyek-evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secara khusus guna
melakukan suatu tugas tertentu dalam suatu kurun waktu. Contoh, suatu lokakarya
3 hari mengenai tujuan perilaku. Kunci perbedaan antara program dan proyek
ialah bahwa program diharapkan berlangsung dalam yang tidak terbatas, sedangkan
proyek biasanya diharapkan berjangka pendek. Proyek yang dilembagakan dalam
kenyataannya menjadi program.
Penilaian
bahan (produk pembelajaran) – evaluasi yang menaksir kebaikan atau manfaat isi
yang menyangkut benda-benda fisik, termasuk buku, pedoman kurikulum, film, pita
rekaman, dan produk pembelajaran lainnya.
D. ALASAN DITERAPKANNYA TEKNOLOGI
PENDIDIKAN
Indonesia
merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang sangat besar dengan
penyebaran penduduk yang tak merata. Selain itu juga tingkat pendapatan
masyarakat yang tak merata. Akibat dari penyebaran penduduk yang tak merata dan
tingkat ekonomi masyarakat yang rendah, berakibat pada tingkat pendidikan
masyarakat dan kurang meratanya pendidikan yang diterima masyarakat.
Berbagai
macam kendala dalam pendidikan yang terjadi di Indonesia dapat diselesaiakan
dengan pendekatan teknologi, yaitu teknologi pendidikan. teknologi pendidikan
berusaha memecahkan dan atau memfasilitasi pemecahan masalah belajar pada
manusia sepanjang hayat, di mana saja, dengan cara apa saja, dan oleh siapa
saja. Terdapat beberapa alasan diterapkannya teknologi pendidikan, yaitu:
1. Adanya
orang-orang belajar yang belum cuku memperoleh perhatian tentang kebutuhannya,
kondisinya, dan tujuannya.
2. Adanya
si belajar yang tidak cukup memperoleh pendidikan dari sumber-sumber sedekala
(tradisional), dan karena itu perlu dikembangkan dan digunakan sumber-sumber
baru.
3. Adanya
sumber-sumber baru berupa: orang, pesan, bahan, alat, cara-cara tertentu dalam
memanfaatkannya.
4. Adanya
kegiatan yang bersistem dalam mengembangkan sumber-sumber belajar yang bertolak
dari landasan teori tertentu dan hasil penelitian, yang kemudian dirancang,
dipilih, diproduksi, disajikan, digunakan, disebarluaskan, dinilai, dan disempurnakan.
5. Adanya
pengelolaan atas kegiatan belajar yang memanfaatkan berbagai sumber, kegiatan
menghasilkan dan atau memilih sumber belajar, serta orang dan lembaga yang
terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan tersebut.
E. PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TERHADAP
PEMBAHARUAN PENDIDIKAN
Penerapan
program teknologi pendidikan di Indonesia berawal pada tahun 1952 dimana
Jawatan Pendidikan Masyarakat menyelenggarakan siaran radio pengajaran yang
diperuntukkan kepada para pelajar pejuang. Kemudian disusul terbentuknya
Teaching Aids Centre dan Science Teaching Centre (TAC/STC) yang berpusat di
Bandung. Hingga pada masa orde baru dalam Rumusan Pendidikan pada PELITA I
(1969/1970-1973/1974) ditetapkan “…digunakan media massa: radio dan televisi
untuk peningkatan mutu sekolah dasar”.
Perkembangan
selanjutnya adalah program SD Pamong (Pendikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua,
dan Guru) yang di eksperimenkan pada tahun 1974. Sistem pembelajaran yang
digunakan pada SD Pamong adalah pembelajaran berprograma dengan menggunakan
tutor dan modul. Selain SD Pamong, pemanfatan pembelajaran berprograma
digunakan pada Kelompok Belajar setingkat SD yang pada awalnya untuk pemertaan
pendidikan hingga wajib belajar. Perluasaan kegiatannya tidak hanya pada
tingkat SD, beranjak pada tingkat SMP dengan pola Kejar dan SMP Terbuka.
Belajar
jarak jauh memanfaatkan belajar mandiri dengan menggunakan modul serta
teknologi komunikasi, seperti radio. Belajar jarak jauh di Indonesia adalah
pada Universitas Terbuka, dimana cara belajarnya dengan menggunakan modul,
tutor (dosen), dan memanfaatkan juga program pembelajaran lewat siaran radio
(biasanya bekerja sama dengan RRI). Perkembangan salanjutnya dari belajar jarak
jauh tidak hanya pada UT, tapi juga pada pendidikan di bawahnya. Saat ini kita
kenal dengan Homeschooling, yaitu
pendidikan yang kegiatan belajarnya di rumah yang diselenggarakan oleh orang
tua serta guru. Sumber belajar pada belajar jarak jauh, dewasa ini tidak hanya
sekedar dari siaran radio dan modul, tapi telah mengalami perkembangan lewat
internet (Web).
Siaran
radio pendidikan merupakan program radio yang menggunakan prinsip teknologi
pendidikan. Program radio pendidikan di Indonesia dimanfaatkan oleh Universitas
Terbuka dalam penyampaian materi perkuliahan yang bekerja sama dengan RRI.
Banyak ragam program radio yang ditujukan untuk pendidikan, misalnya untuk
program penyuluhan pertanian, Keluarga Berencana. Sangat besar sekali peran
radio untuk kegiatan pendidikan di Indonesia, karena bisa menjangkau sampai di
daerah terpencil.
Program
televisi pendidikan di Indonesia di mulai secara profesional oleh Televisi
Pendidikan Indonesia (TPI) pada 23 Januari 1991. Program pendidikan pada TPI di
tujukan pada pendidikan luar sekolah, dalam hal ini adalah SMP Terbuka atau
Kejar Paket B. Program tersebut berisi tentang materi pelajaran yang sesuai
dengan kurikulum. Selain program yang ditujukan untuk pendidikan sekolah,
terdapat juga program pendidikan non-sekolah, seperti program penyuluhan
pertanian, peternakan, ilmu pengetahuan umum. Keberlangsungan program TPI di
Indonesia tak berlangung lama, karena tak adanya dukungan dari masyarakat dan
kekurang jelasan pemanfaatannya.
Perkembangan
teknologi internet pun tak luput dimanfaatkan untuk pendidikan. Banyak sekali
Web pendidikan di temukan di internet. Peran teknologi pendidikan di internet
untuk pendidikan sangat besar sekali. Salah satu contoh Web pendidikan yaitu
Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) yang diselenggarakan oleh Pustekom.
Jardiknas menyediakan berbagai macam pilihan program, misalnya untuk program
pembelajaran SD, SMP, SMA, dan SMK, serta program lainnya. Jardiknas juga
menyediakan layanan untuk pembelajaran secara on-line, dimana pebelajar
melakukan kegiatan belajarnya dengan memanfaatkan internet dan test dilakukan
secara on-line dimana pebelajar akan langsung memperoleh umpan balik secara
langsung.
Beberapa
perguruan tinggi di Indoensia telah memanfaatkan internet untuk kegiatan belajar
para mahasiswanya. Selain itu, guru dan dosen telah memanfaatkan internet untuk
menunjang kegiatan pembelajaran di luar kelas. Dan tak ketinggalan, pihak
swasta (diluar pemerintah) juga membuat web untuk pendidikan. Kemudahan dalam
mengakses internet pada saat ini membuat internet menjadi salah satu teknologi
komunkasi yang paling banyak diminati untuk dikembangkan dan dimanfaatkan.
Pengembangan
komputer pembelajaran pada saat ini berkembang sangat pesat. Banyak ragam dan
pilihan ditawarkan para pengembang program pembelajaran. Komputer pembelajaran
atau CAI (Computer Assisted of Instructional) ada dalam bentuk tutorial dan
media pembelajaran. Peran komputer pembelajaran di Indonesia sangat besar
sekali. Kemudahan dalam pemanfaatannya membuat program komputer pembelajaran
banyak dimanfaatkan di dalam sekolah maupun di luar sekolah untuk kepentingan
belajar ssecara mandiri.
Selain yang telah diuraiakan di atas, peran teknologi pendidikan di Indonesia
adalah perannya di sekolah dan pelaksanaan kurikulum.
Beberapa
sekolah yang maju telah mengguakan prinsip-prinsip teknologi pendidikan dalam
mengelola dan memanfaatakan media dan sumber belajar. Peran teknologi
pendidikan di kurikulum adalah terletak pada desain sistem pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajarannya. Pada desain sistem pembelajaran adalah bagaimana
menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien.
Peran
teknologi pendidikan pada pelaksanaan kurikulum pada saat ini yang menerapkan
Kurikulum Tingkat Satuan Pelajaran (KTSP) adalah pada pemanfaatan media dan
sumber belajar serta pada cara tingkat pencapaian ketuntasan belajar. Pada
pencapaian tingkat ketuntasan belajar yang biasa disebut dengan KKM (Kriteria
Ketuntasan Minimal) adalah menggunakan program pengayaan dan remedial yang
menggunakan prinsip belajar berprograma dalam hal test. Yaitu, dimana para
pebelajar yang belum menguasai sesuai dengan kriteria tertentu harus melakukan
remidial, dan bagi siswa yang telah menguasai sesuai dengan kriteria tertentu
diadakan pengayaan.
Peran
teknologi pendidikan di Indonesia telah berjalan lama sekali dan telah membumi
tanpa kita sadari. Peran radio untuk kepentingan pendidikan di Indonesia sangat
besar hingga saat ini. Televisi membawa perubahan penyampaian program
pendidikan dari audio ke audio visual. Dalam usaha pemerataan pendidikan
dilaksanakan pendidikan belajar mandiri dengan belajar berprograma dan belajar
jarak jauh. Perkembangan teknologi komunikasi di Indonesia tak lepas dari
sentuhan teknlogi pendidikan dengan memanfaatkannya untuk program pendidikan.
Peran teknologi pendidikan di sekolah pun sangat kuat, yaitu dalam hal
pengelolaan, pemanfaatan media dan sumber belajar dan pelaksanaan kurikulum.
F. PENGEMBANGAN TEKNOLOGI SEBAGAI BAHAN
AJAR
Bahan ajar
dalam pendidikan teknologi dikembangkan atas dasar: (1) pokok-pokok bahasan
yang paling essensial dan representatif untuk dijadikan objek belajar bagi
pencapaian tujuan pendidikan, dan (2) pokok bahasan,konsep, serta prinsip
sebagai objek belajar yang memungkinkan peserta didik dapat mengembangkan dan
memiliki hubungan untuk berkembang, mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkugan, dan memanfaatkannya untuk memecahkan masalah-masalah yang tidak
teramalkan. Atas dasar landasan pemikiran tersebut, maka ruang lingkup kajian
pendidikan teknologi yang dikembangkan dapat mencakup sebagai berikut:
a. Pilar teknologi, yaitu aspek-aspek
yang diproses untuk menghasilkan sesuatu produk teknologi yang merupakan bahan
ajar tentang materi/bahan, energi, dan informasi
b. Domain teknologi, yaitu suatu fokus
bahan kajian yang digunakan sebagai acuan untuk mengembangkan bahan pelajaran
yang terdiri atas:(1) teknologi dan masyarakat, (2) produk teknologi dan
sistem, dan (3) perancangan dan pembuatan karya teknologi.
c. Area teknologi, yaitu batas kawasan
teknologi dalam program pendidikan teknologi, hal ini antara lain teknologi
produksi, teknologi komunikasi, teknologi energi, dan bioteknologi.
Oleh : ARUM HERNAWATI
K7409020
PENDIDIKAN AKUNTANSI